I
nilah sebuah terjemahan dari salah satu peninggalan Syech Siti Jennar
“Aku angkat saksi di hadapan Dzat-Ku sendiri, sesungguhnya tidak ada Tuhan kecuali Aku, dan Aku angkat saksi sesungguhnya Muhammad itu utusan-Ku, sesungguhnya yg disebut Allah Ingsun diri sendiri (badan-Ku), Rasul itu Rahsa-Ku, Muhammad itu cahaya-Ku, Akulah Dzat yg hidup tidak akan terkena mati, Akulah Dzat yang selalu ingat tidak pernah lupa, Akulah Dzat yg kekal tidak ada perubahan dalam segala keadaan, (bagi-Ku) tidak ada yg samar sesuatupun, Akulah Dzat yang Maha Menguasai, yang Kuasa dan Bijaksana, tidak kekurangan dalam pengertian, sempurna terang benerang, tidak terasa apa-apa, tidak kelihatan apa-apa, hanya Aku yg meliputi sekalian alam dengan kodrat-Ku.”Pendapat-pendapat lain tentang pemahaman dari pengalaman dan perjalanannya, anda bisa lacak di dalam berbagai karya klasik atau buku lama...yaitu..:
- Serat Dewaroetji, Tan Khoen Swie, Kediri, 1928
- Serat Gatolotjo, Tan Khoen Swie, Kediri, 1931
- Serat Kebo Kenanga, Tan Khoen Swie, Kediri
- Serat Soeloek Walisongo, Tan Khoen Swie
- Serat Tjebolek, terbitan van Dorp
- Serat Tjentini, terbitan Bat. Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, 4 Jl, Batavia, 1912-1915
- Kitab Wedha Mantra, bunga rampai ajaran para wali yang dihimpun oleh Sang Indrajit, diterbitkan oleh Sadu Budi Solo. PAda tahun 1979 sudah mengalami cetak ulang yg ke-12
- Suluk Walisanga, karya R. Tanojo yg di dalamnya memuat dialog-dialog antara Syekh Siti Jenar dengan Anggota Dewan Walisanga, gubahan dari karya Sunan Giri II.
- Wejangan Walisanga, dihimpun oleh Wiryapanitra, diterbitkan oleh TB. Sadu Budi Solo, sekitar tahun 1969
Banyak pihak yang konroversi bahkan menyesatkannya terhadap pendapat-pendapat Beliau terutama di kalangan ahli Syariah, juga sebagian dari kalangan ahli Tarekat. Padahal terkadang metoda-metodanya banyak juga yang memakainya walau tidak disadari.....
0 komentar:
Posting Komentar