Saudaraku…, sesungguhnya, mengendalikan amarah adalah salah satu keutamaan akhlak. Ketauhilah bahwa Allah itu menyukai kelembutan, sedangkan marah identik dengan sikap kasar dan emosional.
Sesungguhnya kemarahaan yang tidak terkendali bisa berakibat buruk dan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu ketika diminta nasihat atau wasiat oleh salah seorang sahabatnya, beliau memberikan wasiat untuk tidak marah.
Rasulullah SAW bersabda:
“Janganlah engkau marah. ”Kemudian beliau mengulangi perkataannya beberapa kali, dan bersabda, ”Janganlah engkau marah.” (Riwayat Bukhari)
Diriwayatkan dalam Al-Musnad dari hadist Ibnu Umar, beliau juga pernah bertanya kepada Nabi SAW, ”Apakah yang dapat menjauhkan diriku dari murka Allah?”Janganlah engkau marah.” seorang sahabat bertanya, ”Lalu aku berpikir,dan pada akhirnya aku mendapatkan bahwa kemarahan pusat dari kejahatan.”
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Janganlah engkau marah.”Kemudian beliau mengulangi perkataannya beberapa kali,dan bersabda,”Janganlah engkau marah.”(Riwayat Bukhari)
Diriwayatkan dalam Al-Musnad dari hadist Ibnu Umar, beliau juga pernah bertanya kepada Nabi SAW, ”Apakah yang dapat menjauhkan diriku dari murka Allah? ”Janganlah engkau marah.” seorang sahabat bertanya, ”Lalu aku berpikir, dan pada akhirnya aku mendapatkan bahwa kemarahan pusat dari kejahatan.”
Jadi wahai saudaraku, hadist ini menjelaskan bahwa kekuatan hakiki tidak terletak pada kekuatan otot dan kekuatan badan, namun pada kekuatannya dalam menguasai diri, khususnya dalam mengendalikan marah. Secara tersirat, hadist ini menjelaskan tentang keutamaan bersikap lemah lembut.
MENAHAN AMARAH TANDA ORANG BERTAQWA
Allah juga memuji orang-orang yang suka memberi maaf apabila mereka marah.
“Dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf.” (Asy-Syura:37)
Karena itulah Saudaraku, engkau sebagai anak shalih, juga harus bisa menahan amarahmu dan suka memaafkan. Kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan. Penghinaan tidak harus dibalas dengan penghinaan. Bukan dahulu ketika Rasulullah SAW memulai dakwahnya, beliau juga dihina dan dihujat oleh kaumnya? Namun Rasulullah SAW tetap bersabar, dan ketika islam sudah mengalami kejayaan, beliau pun tidak membalas penghnaan kaumnya yang dulu menghinanya.
CARA MENGHILANGKAN MARAH
Bagaimana cara menghilangkanmarah? Rosulullah memberi beberapa resep yang bisa kita amalkan.
“Janganlah engkau marah.”Kemudian beliau mengulangi perkataannya beberapa kali,dan bersabda,”Janganlah engkau marah.”(Riwayat Bukhari)
Diriwayatkan dalam Al-Musnad dari hadist Ibnu Umar, beliau juga pernah bertanya kepada Nabi SAW, ”Apakah yang dapat menjauhkan diriku dari murka Allah? ”Janganlah engkau marah.” seorang sahabat bertanya, ”Lalu aku berpikir, dan pada akhirnya aku mendapatkan bahwa kemarahan pusat dari kejahatan.”
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tidaklah kekuatan itu dinilai dengan adu kekuatan (gulat). namun yang kuat itu adalah orang yang dapat menguasai dirinya tatkala marah.” (Muttapaq Alaih)
“Tidaklah kekuatan itu dinilai dengan adu kekuatan (gulat). namun yang kuat itu adalah orang yang dapat menguasai dirinya tatkala marah.” (Muttapaq Alaih)
Jadi wahai saudaraku, hadist ini menjelaskan bahwa kekuatan hakiki tidak terletak pada kekuatan otot dan kekuatan badan, namun pada kekuatannya dalam menguasai diri, khususnya dalam mengendalikan marah. Secara tersirat, hadist ini menjelaskan tentang keutamaan bersikap lemah lembut.
MENAHAN AMARAH TANDA ORANG BERTAQWA
Saudaraku…., sesungguhnya Allah menjanjikan ampunan dan surga kepada orang –orang yang bertaqwa. Siapakah orang yang bertaqwa itu? Yaitu mereka yang melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya. Termasuk mereka yang suka menahan marah.
Allah berfirman:
“Dan bersegeralah kalian mencari ampunan dari Tuhanmu, dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langi dan bumi yang disediakan bagi orang –orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang yang berinfak, baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amrahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (Ali Imran:133-134)
Allah berfirman:
“Dan bersegeralah kalian mencari ampunan dari Tuhanmu, dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langi dan bumi yang disediakan bagi orang –orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang yang berinfak, baik diwaktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amrahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (Ali Imran:133-134)
Allah juga memuji orang-orang yang suka memberi maaf apabila mereka marah.
“Dan apabila mereka marah, mereka memberi maaf.” (Asy-Syura:37)
Karena itulah Saudaraku, engkau sebagai anak shalih, juga harus bisa menahan amarahmu dan suka memaafkan. Kejahatan tidak harus dibalas dengan kejahatan. Penghinaan tidak harus dibalas dengan penghinaan. Bukan dahulu ketika Rasulullah SAW memulai dakwahnya, beliau juga dihina dan dihujat oleh kaumnya? Namun Rasulullah SAW tetap bersabar, dan ketika islam sudah mengalami kejayaan, beliau pun tidak membalas penghnaan kaumnya yang dulu menghinanya.
CARA MENGHILANGKAN MARAH
Bagaimana cara menghilangkanmarah? Rosulullah memberi beberapa resep yang bisa kita amalkan.
Pertama, bila engkau marah, bacalah ta`awudz (a`udzubillaahiminasysyaithaanirrajiim). Karena, pada hakikatnya persaan marah adalah dorongan setan, dan kita diperintahkan untuk berlindung kepada Allah dari godaan setan. Hal ini dinyatakan dalam hadits berikut, Dua orang saling mengejek di dekat Nabi, lalu salah seorang darinya marah. Nabi nmemandang kepadanya dan berkata, ”Sungguh aku ingin mengajari suatu ucapan yang seandainya ia ucapkan tentu hal itu (kemarahannya) akan hilang darinya Yaitu aku berlindung kepada Allah dari yang terkutuk.” Lalu seorang mendengar (perkataan) Nabi tersebut berdiri menghadap orang tersebut dan berkata, ”Apakah kamu mengerti pertanyaan Rasulullah tadi?” ia menjawab, ”Apakah kamu pandang ini saya gila?”(Riwayat Muslim)
Kedua, bila engkau marah, maka berusalah untuk diam atau tidak banyak berbicara, sebagaimana sabda Nabi, ”Apabila salah seorang di antarakamu marah, maka diamlah.” (Riwayat Ahmad)
ketiga, bila engkau marah dalam keadaan berdiri maka duduklah. Bila duduk masih marah, maka berbaringlah. Karena Nabi bersabda, ”maka apabila salah seorang diantaramu marah dalam keadaan berdiri duduklah, dan apabila keadaan duduk masih marah berbaringlah.”(Riwayat Abu Daud)
Keempat, bila ketiga upaya di atas belum membuahkan hasil, maka berwudhulah, sebagaimana sabda Nabi, ”Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan terbuat dari api dan api hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, apabila seorang diantaramu marah, maka berwudhulah.”(Riwayat Abu Daud)
Demikianlah Saudaraku, Bimbingan Rasulullah untuk mengendalikan amarah. Dengan menahan amarah, semoga kita mendapatkan Ridlo-Nya. Amiin.